Langsung ke konten utama

Anchoring: Bergayut Pada Nawang Wulan

(Thanding Sari)


kata auggie pullman, tokoh si anak "buruk rupa" dalam film...(lupa judulnya) yang mendapat bully-an dan tatapan yang tidak mengenakkan ketika berjumpa dengan kawan-kawannya di sekolah dan orang-orang yang dijumpainya, "ketika dunia luar yang engkau hadapi kacau dan tidak sesuai dengan harapanmu, maka ciptakanlah imajinasi dalam pikiranmu yang membuat engkau nyaman", maka ketika dia berjalan di kerumunan dan mendapat tatapan "aneh" dari orang-orang yang dia temui, dia membayangkan dirinya sebagai astronot yang mendapat sambutan meriah dari orang-orang. si anak buruk rupa ini sebenarnya juga bisa mentertawai dirinya sendiri. ketika dia berhasil mendapatkan seorang kawan yang akrab si kawan ini bertanya kenapa dia tidak operasi plastik. lalu auggie menjawab bahwa hal itu tidak terpikir olehnya. "bodoh, wajah ini adalah hasil terbaik dari segala daya upaya dalam operasi plastik." lanjut auggie sambil ngakak.


saya pernah mendengar dari seorang trainer (semacam) motivasi atau tepatnya mendapat nasehatnya bahwa dia sebelum memberikan materi di depan audience dia mendengarkan lagu-lagu yang membuatnya bersemangat. lagu-lagu tertentu yang dia dengarkan itu membuat dia mengingat pada hal-hal yang positif, tentang keberhasilan-keberhasilan yang pernah dia capai dan mengabaikan hal-hal negatif. saya pikir saya sepakat dengan yang dia katakan karena suatu ketika saya pernah berada di depan audience sebagai pembawa acara. ketika microphone sudah ditangan saya dan saya akan memulai membuka acara tiba-tiba suasana menjadi hening. tidak seperti biasanya. entah mengapa hal-hal negatif tiba-tiba muncul di benak saya dan akibatnya hilanglah kalimat-kalimat yang akan saya sampaikan untuk beberapa saat. saya menjadi tidak bersemangat. bicara tersendat-sendat. apa yang dilakukan trainer di atas, mendengar atau mengingat sesuatu yang positif untuk menciptakan kondisi positif dalam dirinya sebagai pijakan dalam aktivitas berikutnya itu dia sebut "anchoring". saya tidak tahu definisi akuratnya namun kurang lebih demikian yang dapat saya tangkap dari pembicaraan kami. 


barangkali apa yang dilakukan pullman itu juga semacam "anchoring" sebagaimana yang "dahulu kala" juga pernah saya lakukan ketika berada di pesawat terbang. ketika telah duduk di kursinya saya sambil tersenyum di hati membangun sebuah "kepercayaan" bahwa nawang wulan, si bidadari yang katanya tidak hanya selendangnya saja yang dicuri oleh jaka tarub, namun juga atasan, bawahan, daleman dll itu masih belum juga pulang ke kahyangan. itulah sebabnya saudari-saudarinya, bidadari juga, yang menyamar sebagai pramugari itu masih mencari-cari keberadaannya dan setiap hari terbang ke segala penjuru dunia. 


dengan "kepercayaan" itu saya dapat mengusir sebagian besar rasa ketir-ketir saya dan tidak perlu begitu ngotot "bermunajat" dengan mengancam-ancam tuhan agar tidak menjatuhkan pesawat yang saya tumpangi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerpen Hamsad Rangkuti: Panggilan Rasul

Panggilan Rasul Oleh: Hamsad Rangkuti MENITIK AIR mata anak sunatan itu ketika jarum bius yang pertama menusuk kulit yang segera akan dipotong. Lambat-lambat obat bius yang didesakkan dokter sepesialis dari dalam tabung injeksi menggembung di sana. Dan anak sunatan itu menggigit bibir bawahnya, mencoba menahan sakit yang perih, sementara dagunya ditarik ke atas oleh pakciknya, agar ia tidak melihat kecekatan tangan dokter spesialis itu menukar-nukar alat bedah yang sudah beigut sering dipraktikkan. Kemudian kecemasan makin jelas tergores di wajah anak sunatan itu. Dia mulai gelisah.           Di sekeliling pembaringan-dalam cemas yang mendalam-satu rumpun keluarga anak sunatan itu uterus menancapkan mata mereka kea rah yang sama; keseluruhannya tidak beda sebuah lingkaran di mana dokter dan anak lelaki itu sebagai sumbu. Mereka semua masih bermata redup. Kelelahan semalam suntuk melayani tetamu yang membanjiri tiga ter...

Selamat Jalan Sang Pengelana

Selamat Jalan sang Pengelana: Sebuah Obituari untuk Penyair Nurel Javissyarqi (Nurel Javissyarqi) Dari kontakku dengan penulis buku Pendekar Sendang Drajat, aku mengenal seorang pelukis muda dengan medium batu candi. Kami pun menjadi akrab atau mungkin aku yang berupaya mengakrabkan diri agar memiliki seorang kawan di kota tempat tinggalku yang baru. Bila ada waktu, setelah selesai bekerja, aku kerap berkunjung di studio lukisnya sambil pesan atau dipesankan kopi di warkop sebelah studio atau makan bersama di luar kadangkala.  Kami pun ngobrol tentang segala sesuatu yang bisa diobrolkan, termasuk tentang seorang penulis yang dimiliki Lamongan.  Yang namanya pernah tercatat di koran beberapa waktu silam. Dari keakraban inilah kemudian aku diperkenalkan olehnya kepadamu.. Aku menjadi mengenalmu. Pertemuan kita pertama di sebuah acara komunitas sastra sebuah kota,  Kita sempat ngobrol di antara riuh suara panggung di belakang punggung penonton. Setelah itu kita jumpa pun han...

Cerpen Hamsad Rangkuti: Maukah Kau Menghapus Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu?

Maukah Kau Menghapus Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu? Cerpen Hamsad Rangkuti Seorang wanita muda dalam sikap yang mencurigakan berdiri di pinggir geladak sambil memegang terali kapal. Dia tampak sedang bersiap-siap hendak melakukan upacara bunuh diri, melompat dari lantai kapal itu. Baru saja ada di antara anak buah kapal berusaha mendekatinya, mencoba mencegah perbuatan nekat itu, tetapi wanita muda itu mengancam akan segera terjun kalau sampai anak buah kapal itu mendekat. Dengan dalih agar bisa memotretnya dalam posisi sempurna, kudekati dia samil membawa kamera. Aku berhasil memperpendek jarak dengannnya, sehingga tegur sapa di antara kami, bisa terdengar. “Tolong ceritakan mengapa kau ingin bunuh diri?” Dia berpaling kea rah laut. Ada pulau di kejauhan. Mungkin impian yang patah sudah tidak mungkin direkat. “Tolong ceritakan. Biar ada bahan untuk kutulis.” Wanita itu membiarkan sekelilingnya. Angin mempermainkan ujung rambutnya. Mempermaink...