Postingan

Menampilkan postingan dari 2022

Dalam Incaran

"ehmm, ehmm, ehhmm...," "sstt...diam, jangan berisik," "kenapa?" "nanti tuhan lepas dalam incaranku"

Well done, Dear Dearest

Gambar
  Danilla Riyadi (source pict: taken from her twitter) AMI Awards 2022 Pop Altetnative Category one mote achievement of her, awarded at Oct 13, 2022.

Taman Baca

Gambar
[source pict taken from Madu's FB] telah aku bangun sebuah taman baca sederhana dengan pintu dan jendela kerap terbuka yang sesiapa dengan mudah membuka dan singgah di dalamnya. kerap juga ada yang membuka dengan paksa ketika pintu tak terbuka meski tanpa ijinku. aku hanya merasa prihatin karena dengan cara paksa ini dapat mendatangkan kesedihan.  entah mengapa mereka begitu  ngotot ingin menyinggahinya. hingga ada yang membuka paksa pintunya  entah mengapa mereka suka membaca buku-buku koleksiku yang tak begitu banyak. hanya buku-buku tentang keinginan-keinginan, mimpi-mimpi, dan melankoli, barangkali juga tentang dendam dan kebencian juga kesedihan-kesedihan atau juga rasa suka yang tak semestinya dan juga rasa rindu yang tak pernah usai menjadi hantu.  namun demikian aku tetap merasa senang dengan taman baca yang aku bangun ini dapat menjadi puisi yang dicipta penyair sehabis menyinggahinya, dapat memunculkan para pahlawan dalam komunitasnya, barangkali juga menjadi status-statu

Aku Berdiam Dalam Kemungkinan

Gambar
(Lizzy McAlpine, taken from her twitter) aku berdiam dalam - kemungkinan sebuah rumah yang lebih indah daripada prosa - lebih banyak jumlah jendelanya - istimewa - pintupintu kamarkamar sebab terbuat dari pohon cedar mata tak dapat menembusnya dan untuk atap yang abadi atap langit  -  para peziarah - paling indah untuk mendiami - hal ini menyebar luas tangantangan sempitku - tuk meraup surga [Emily Dickinson]

Ketenaran Bagai Seseorang yang Tak Tinggal

ketenaran bagai seseorang yang tak tinggal - penghuninya pasti meninggal atau diluar dugaan menanjak tak hentihenti - atau menjadi hal yang paling tak berarti sebuah kilat dalam benih berembrio listrik tapi kami meminta nyalanya (Emily Dickinson)

Seekor Burung Turun dari Perjalanan

Gambar
(pict source: taken from twitter hara/rara sekar) seekor burung turun dari perjalanan - dia tak tahu aku memandanginya - dia menggigit setengah bagian seekor cacing  dan memakannya, mentahmentah, dan kemudian, dia meminum embun dari sebuah rerumputan yang nyaman - lalu, melompat ke sisi tembok membiarkan seekor kumbang terbang aku tahu dia wujud di suatu tempat - dalam keheningan dia sembunyikan kehidupan langkanya dari tatapan kotor kita sebuah drama instan - sebuah penyergapan yang disuka - hanya untuk membuat bahagia memperoleh sendiri kejutannya! tapi - haruskan drama itu membuktikan kekejaman dengan sungguhsungguh - haruskah keriangan itu - ditutupi - oleh kematian - ketat - menatap - takkan ada kesenangan terlihat terlalu mahal! takkan ada canda - merangkak terlalu lama [Emily Dickinson]

Sebab Aku Tak Dapat Menghentikan Kematian

Gambar
(pict meme: kayaknya dari wa group alumni) sebab aku tak dapat menghentikan kematian - dia dengan baik hati memberhentikannya untukku - kereta itu berhenti, selain hanya diri kami sendiri - dan keabadian kami berjalan pelan - dia tahu tak perlu terburuburu dan aku telah meninggalkan kesibukanku dan juga waktu senggangku untuk kesopananku terhadap-nya kami melintasi sekolah, tempat anakanak berupaya keras - saat istirahat - di arena - kami melewati ladang  memandangi gandum- kami melewati matahari terbenam - atau lebih tepatnya - ia melewati kami- embunnya membuat gemetaran dan menggigil hanya tipis, gaunku- syalku - hanya kain tulle- kami berhenti sebelum sebuah rumah yang nampaknya - sebuah gundukan tanah atapnya hampir tak terlihat ornamenornamennya - di tanah semenjak itu - berabadabad ini - dan sesudahnya terasa lebih pendek  dari hari itu - aku pertama kali menduganya kepalakepala kuda menuju keabadian [Emily Dickinson]

Juru Selamat Pasti Seorang Pria

juru selamat pastilah seorang pria penurut - tuk datang begitu jauh, begitu dingin suatu hari  untuk orangorang kecil - perjalanan menuju bethlehem karena dia dan aku adalah pria disetarakan, tetapi untuk hal itu akan menjadi miliaran meter yang sulit [Emily Dickinson]

Seseorang Dapat Membuat Nasehat

Gambar
seseorang dapat membuat sebuah nasehat- untuk diri sendiri - sesuatu yang tenang yang mungkin menciptakan  sumbu 'tuk  sebuah percikan pada watak yang tak giat-  biarlah kita berbagi - dengan ketrampilan-  ayo kita berwacana - dengan kepedulian - abu berada dalam arang sebelum ia ada di dalam api -  [emily d]

Aku Mencicipi Minuman

aku mencicipi minuman  yang tak pernah diseduh - dari gelas disendok mutiara - tak semua buah berrie menghasilkan alkohol seperti itu! udara yang memabukkan - apakah aku - dan embun pelepas birahi terhuyung-huyung - melewati harihari musim panas yang tak pernah berakhir -  dari penginapan biru yang meleleh -  ketika "tuan tanah" mengeluarkan lebah mabuk  dari pintu pohon foxglove - saat kupukupu meninggalkan "dramnya" aku harus kecuali minum lebih banyak lagi! hingga malaikat mengayunkan topi bersalju mereka -  dan para santa - mengarahkan pandangnya tuk melihat - para peminum kecil - condong tak mengarah - matahari! [emily dickinson]

Kepada Bulan Maret, Datanglah

kepada bulan maret - datanglah - betapa bahagianya aku - aku t'lah mendamba kehadiranmu - letakkan topimu - engkau pasti lelah berjalan - betapa engkau telah kehabisan nafas -  kepada bulan maret, apa kabarmu, dan yang lainnya - apakah engkau meninggalkan alam dengan  baik - oh, maret, mari ke atas     bersamaku - ada banyak yang ingin ku ceritakan -  aku menerima suratmu - dan burungburungnya -  pohon maple itu tak tahu      kehadiranmu -  aku yakin - betapa memerahnya wajah mereka - akan tetapi maret, maafkanlah aku - dan seluruh bukit yang engkau tinggalkan kepadaku     tuk kuwarnai - tak ada warna ungu yang sesuai - engkau membawa semuanya bersamamu - siapa mengetuk? bulan april itu -  mengunci pintu -  aku takkan dicari - dia menjauh setahun tuk  memanggil saat aku sibuk - tapi halhal kecil begitu remeh begitu engkau t'lah tiba - menyalahkan itu hanyalah  pujian sayang sedang pujian itu hanya  menyalahkan belaka - [emily dickinson]

Sebuah Potret Kota

di bahu jalan depan sebuah pusat perbelanjaan, di sebelah rel kereta, gedunggedung tua, dan sebuah pasar (yg katanya) pernah dibakar,  beberapa gerobak lari tungganglanggang, seorang ibu penikmat hidangan yang menggendong anaknya menarik kursi yang ia duduki,  menyelematkan diri - sementara dari sebuah jarak   semakin mendekat sebuah mobil patroli menyalakan sirinenya.

Jiwa Memilih Kelompoknya Sendiri

jiwa memilih kelompoknya sendiri - kemudian - menutup pintu - 'tuk mayoritas ilahiahnya - tak hadir lagi - berhenti - dia memperhatikan keretanya      - sejenak berhenti -  di gerbang rendahnya  berhenti - seorang raja      - berlutut di atas matras - aku t'lah mengetahuinya - dari sebuah bangsa yang luas - memilih satu - kemudian - menutup katup       perhatiannya - seperti batu. [emily dickinson]

Dua Kali Hidupku Tertutup

 dua kali hidupku tertutup sebelum   penutupannya -  masih harus ku lihat bila keabadian tersingkap sebuah peristiwa ketiga bagiku begitu besar, sangat putus harap tuk dapat memahami karena hal ini kedua kalinya menimpaku perpisahan adalah semua yg kita tahu tentang surga dan kita semua butuh neraka. [emily dickinson]

Mencipta Padang Rumput

 'tuk menciptakan sebuah padang rumput membutuhkan sebuah semanggi         dan seekor lebah, sebuah semanggi, dan seekor lebah. dan impian, impian itu sendiri akan menciptakannya, bila lebah hanya beberapa. [emily dickinson]

Sore Hari di Kuta Bali

tenggelam sempurna    sang matari dan aku masih - memandangi - riuh gemuruh ombak di dalam dadaku seorang lelaki penuh tatto berkisah tentang likaliku hidupnya - perempuanperempuan tangguh yg tak mau mengerti arti kata "tidak" - kukuh menyodorkan barang dan jasanya penjaja kenangan yg kerap terabaikan bercerita dampak corona pada nafkahnya -sampai payungpayung di tangkupkan - masih kupandangi riuh gemuruh -        ombak di dadaku sepasang kekasih menggelar kemesraan di atas pasir -  beberapa orang jauh - berlenggang -  memamerkan keseksian mereka. masih di sini kupandangi riuh gemuruh,       ombak dalam dada -

Dalam Hidup yang Singkat

dalam hidup yang singkat ini, hanya tersisa selama satu jam berapa banyak - seberapa sedikit - ada dalam kekuatan kita [Emily Dickinson]

Katakanlah Seluruh Kebenaran

katakanlah seluruh kebenaran, namun ceritakanlah ia dengan samar sukses di jalan dusta terlalu benderang bagi sukacita kita yang  rapuh kebenaran yang sebenar-benarnya  menghentak bagai petir bagi ketenangan bocahbocah dengan semacam penjelasan kebenaran pasti menyilaukan dengan perlahan atau  orangorang menjadi buta -  [emily dickinson]

Berlimpahnya Kegilaan adalah Rasa Paling Suci

berlimpahnya kegilaan  adalah rasa paling suci bagi sepasang mata jeli -  rasa melimpah - kegilaan paling gila hal ini kebanyakan  dalam hal ini, karena segala, terungkap - sepakat - maka engkau bijaksana - keberatan -  engkau langsung menjadi berbahaya dan ditangani dengan sebuah rantai [Emily Dickinson]

Aku Tak Bisa Tinggal Denganmu

aku takbisa tinggal denganmu - hal itu akan menjadi kehidupan - dan kehidupan ada di sana - di balik rak penjaga gereja menyimpan kunci - tuk mengatur kehidupan kita - porselennya - seperti sebuah piala - dibuang oleh ibu rumah tangga - aneh - atau rusak - sebuah yang baru lebih menyenangkan - beberapa yang lama retak - aku tak bisa mati - bersamamu -  seseorang harus menunggu -  tuk mengabaikan tatapan orangorang -  sedang engkau - tak bisa - dan aku - dapatkah aku menunggu - dan melihatmu - membeku - tanpa hak ku tuk melindungi - hak kematian? demikian pula aku tak bisa - bangkit bersamamu sebab wajah-mu akan memadamkan-nya - anugerah baru itu berpendar polos - dan asing pada mataku yang merindu -  kecuali engkau bukan dia bersinar lebih dekat di sisiku - mereka menghakimi kita - bagaimana - buatmu - melayani surga - kau       tahu, atau seharusnya - aku tak bisa -  sebab engkau memenuhi pandangan - dan aku menjadi buta tuk kehinaan yang sempurna sebagai surga dan seandainya engkau h

Tak Ada Kapal Seperti Sebuah Buku

tak ada kapal seperti sebuah buku  membawa kita berlayar, tak ada kuda balap serupa halamanhalaman puisi yang berjingkrak - lintasan ini mungkin yang termiskin menempuhnya tanpa beban biaya - betapa hematnya kereta  yang menanggung jiwa manusia. [Emily Dickinson]

Akan Kuceritakan Kepadamu Bagaimana Matahari Terbit

akan ku ceritakan kepadamu bagaimana matahari terbit -  sebuah pita pada suatu waktu, menara gereja berenangan dalam batu kecubung beritanya seperti tupai berlarian. bukitbukit melepas ikatan penutupnya, burungburung bobolink memulai. kemudian dengan lembut ku katakan pada diriku sendiri, "itu pasti matahari!" tetapi bagaimana dia menjalankannya, aku tak tahu. tampaknya ada setapak ungu yang didaki oleh para anak lakilaki dan gadis kuning, kecil sepanjang waktu. hingga saat mereka sampai di sisi lain, seorang pendeta dengan jubah abuabu meletakkan penghalang malam, dan membawa kawanan itu pergi. [Emily Dickinson]

Ada Suatu Cahaya Menyengat

ada suatu  cahaya tertentu yang menyengat, sore di musim dingin -  yang menindas dengan kuat, seperti nadanada gereja - luka surgawi - diberikan kepada kita - kita tak dapat temukan bekas lukanya - kecuali pada batin yang berbeda tempat makna berada - tak seorang pun mengajarkannya - apa saja -   "sebuah keputusasaan yang tak kan berbeda" -  sebuah penderitaan hakiki mengantar kita ke udara - ketika ia datang, alam       mendengarkan - bayangbayang - menahan nafasnya -  saat ia pergi, seperti sebuah jarak pada wajah kematian [emily dickinson,]

Aku Suka Menyaksikannya Mengitari Jarak

aku suka menyaksikannya mengitari jarak, dan menjilati lembahlembah, dan berhenti untuk mengenyangkan  dirinya sendiri di tangki, dan kemudian, menakjubkan, melangkah di sekitar sebuah onggokan berbukit, dan, angkuh, menatap tajam dalam gubuk di sisi jalan; dan kemudian sebuah potongan mangsa menyesuaikan sisinya, dan merangkak di antara, lenguhan sepanjang waktu dalam stansa ejekan, yang menjengkelkan dan kemudian memacu dirinya sendiri menuruni bukit. menggelegar seperti anakanak guruh; kemudian, tepat waktu seperti sebuah bintang diam - patuh dan mahakuasa - di pintunya sendiri yang kokoh. [emily dickinson]

Aku Menakar Setiap Duka

aku menakar setiap duka yang ku temui dengan mata menyipit, menyelidik - aku ingin tahu apakah beban beratnya seperti dukaku - atau lebih ringan ukurannya. aku ingin tahu apakah mereka telah lama menanggungnya - atau baru saja awal mula - tak dapat kukatakan kapan dukaku bermula - terasa telah sangat lama kepedihannya - aku ingin tahu apakah duka itu mengoyak hidup dan bila mereka harus mencoba -  dan dapatkah - mereka memilih diantara  tak kan menjadi  - tuk mati - aku mengerti bahwa beberapa - bersabar cukup lama -  pada akhirnya - mendapatkan kembali senyum mereka - sebuah cahaya palsu  yang memiliki sangat sedikit minyak - aku ingin tahu bila saat tahuntahun berlalu - beberapa ribu - dalam penderitaan - yang melukai mereka lebih awal - seperti kehilangan dapat membuat mereka mati rasa - atau akankah mereka tetap dalam penderitaan - melalui berabad-abad keberanian - tercerahkan oleh besarnya kepedihan - berlawanan dengan cintanya banyak - duka yang aku cerita berbagai macam penyebab

Satu Saudari Aku Punyai

satu saudari aku punyai di rumah kami - dan seseorang selangkah jauhnya. hanya satu yang terkenang. tetapi keduanya adalah milikku. satu datang sebagaimana aku datang - dan mengenakan gaun tahun laluku - yang lain seperti sarang seekor burung  membangun di antara hati kami. dia tak bernyanyi seperti kami, sebuah nada yang berbeda dirinya untuknya sebuah musik bagai kumbang bulan juni. sekarang jauh dari masa kanakkanak - namun naik dan turun di  bukitbukit aku memegang tangannya erat-erat - yang memperpendek seluruh jarak - dan masih terasa senandungnya - bertahuntahun, memperdaya kupukupu; dan masih tersisa di matanya kebohongan ungu meluluhlantakkan banyak mei ini. aku menumpahkan embun - tapi merenggut pagi, - aku memilih bintang tunggal ini dari luar beberapa malam yg lebar, - bermohon - untuk selamalamanya! [emily dickinson]

Utopia

imagining -     there is a nation, deep inside me - not just an imagi - nation only love fulfill every      single space in there     there are  no hatred -       no anger -             no jealousy - no envy - no heartburning, only love covering  and then - is my utopia spreading on you?

Malam liar, Malam liar

malam liar- malam liar! seandainya aku bersamamu malam liar semestinya menjadi-  kemewahan kita! siasia - angin-  tuk sebuah hati yang t'lah berlabuh - tak perlu lagi kompas tak butuh lagi peta mendayung di surga ah! - samudera mungkinkah aku, selain bertambat - malam ini ke dalam dirimu [emily dickinson]

Bicara Puisi

Gambar
SEP 3 Bicara Puisi pada Seorang Bay Waktu terasa beringsut seperti siput. Duduk gelisah berganti-ganti posisi di kursi paling pinggir dalam deret ke empat sebelah kanan dibelakang Sopir Bus Patas Trigaya Putra jurusan Surabaya – Semarang diantara orang-orang yang terlelap mereguk mimpi-mimpi indah mereka sambil bersandar dikursi yang memberi kenyamanan perjalanan dengan tersedianya ruang longgar untuk bebas menggerakkan kaki kedepan selonjor atau kebelakang menekuk lutut memasukkan kaki dibawah kursi. Bus melaju seolah-olah tidak memahami betapa rinduku telah membuncah kepadanya. Menelusuri liku-liku jalan Daendles dengan debur ombak yang terkadang terdengar sayup-sayup dikalahkan oleh deru mesin dan remang-remang terlihat dari balik kaca ombak – ombak kecil tak jemu -jemunya menuju ke pantai serta kerlap-kerlip lampu dari kapal-kapal para nelayan terlihat jauh dari pantai memang dapat sedikit menghibur akumulasi kegelisahanku yang beberapa hari ini selalu memikirkannya, memendam peras

Sebuah Lagu di Hari Kiamat

Gambar
  O leh  Czeslaw Milosz diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Zawawi Pada hari ketika dunia berakhir Seekor lebah mengitari sebuah semanggi Seorang nelayan menisiki sebuah jaring yang telah pudar Ikan lumba-lumba yang bergembira berlompatan di lautan, Dalam semburan hujan burung-burung pipit muda bersenda gurau Dan seekor ular berkulit keemasan seperti seharusnya selalu begitu. Pada hari ketika dunia berakhir Para perempuan berjalan melewati ladang-ladang berlindung di bawah payung mereka, Seorang pemabuk mulai mengantuk di tepi halaman berumput, Penjaja sayur berteriak di jalanan Dan perahu berlayar kuning datang lebih mendekat ke pulau, Suara sebuah biola bergema di udara Dan mengarahkan ke sebuah malam yang penuh gemintang. Dan orang-orang yang berharap kilat dan guntur kecewa. Dan mereka yang berharap tanda-tanda dan kekalahan malaikat Tak kan percaya hal itu terjadi sekarang. Selama matahari dan bulan di atas, Selama lebah masih singgah di sebuah mawar, Selama bayi merah te

"Allah Sakit," katanya

Gambar
Sore itu aku menikmati hari yang indah. Konstruksi keindahan yang terbangun dari bata-bata kebersamaan. Kebersamaan antara aku dan dia. Sebuah kebersamaan yang sering aku rindukan. Perlu waktu lebih dari 6 sampai 7 Jam untuk menikmati momen kebersamaan seperti ini. Tidak setiap saat dapat aku lakukan, hanya hari-hari dengan angka-angka berwarna merah yang menghiasi kalender saja yang dapat memberiku kesempatan untuk mewujudkan momen indah tersebut. Itupun tidak semua warna merah. Seperti pada kebersamaan-kebersamaan sebelumnya sabtu sore itu dia memberiku setumpuk buku sehabis memilih-milih sendiri buku cerita yang ia suka dari almari sederhananya. ”Ayah, baca cerita. Yang banyak sampe ndower” katanya sambil memperlihatkan gigi atasnya yang hilang tiga dan menaruh setumpuk buku didekatku. Giginya memang hilang tiga. Mungkin karena kebanyakan makan coklat atau makanan lain yang mengandung coklat dan permen-permen yang hampir tiap hari jadi camilannya. Meskipun giginya sendiri juga hilan

Jiwa Sebaya

Gambar
virginia woolf suatu ketika di saat kami masih bisa tertawa bersama, kami sekawanan (eits...sekawanan domba tersesat, eh lapar) bertandang ke rumah seorang kawan yang sedang berbahagia, dikarunia seorang putra kedua.  kami pun disambut tuan rumah, kawan kami itu. setelah dipersilahkan duduk, kami pun mengambil tempat masing-masing di atas karpet yang digelar di ruang tamu, mengelilingi sajian yang sudah tertata di ruang tersebut (seingat saya tidak ada biskuit khong guan 😀). belum jenak kami duduk, tiba-tiba dari ruang dalam berjalan ke arah kami sekawanan, seorang batita imut dan lucu, putra sulung tuan rumah, kawan kami itu. terlihat belum tegak benar si imut dan lucu ini dalam berjalan. setelah mendekat, dia memandangi kami, hampir satu persatu dengan mimik seperti bingung. hampir kami semua sekawanan domba lapar ini mengulurkan kedua tangan untuk menyambutnya, barangkali ingin memeluk, ingin menggendong, ingin nyuwol pipinya, atau sekedar ber ci luk ba dengannya. dan melihat kami