Abai Alat Pelindung Diri

kira-kira tiga atau empat kilometer sebelum "warung"ayam goreng solo, yang kata media dan "gunjingan" netijen, ownernya memiliki banyak seler(a), setelah saya menyalip bus, truck dan lain-lainnya, saya sedikit menundukkan kepala, bukan berdoa, tapi  untuk melihat speedometer dan  speedo menunjukkan kecepatan "maksimal"...., 79 KM/Jam, kecepatan max versi saya.


tiba-tiba dari belakang saya mendengar suara meraung-raung. raungan suara motor. 


"ini pasti sejenis motor mahal," pikir saya dalam hati.


dan  benar saja, seorang embak-embak atau emak-emak(?) tanpa menggunakan helm dengan rambut hitam panjang terikat, memakai  daster/dress motif bunga selutut warna kecoklatan menyalip saya dari dari sebelah kiri.  ia melaju dengan kencang. 


saya pandangi tanpa berkedip. lehernya/tengkuknya tampak putih tertimpa matahari siang hari. sebelum menyalip motor lain di depan saya, dia menoleh ke samping kanan untuk memastikan tak ada kendaraan lain di belakangnya  dan matahari jam dua belas kurang  menambah jelas kulit putihnya. kulit yang mungkin tak tersentuh produk korea :). 


saya pun hanya bisa "nyawang" sambil membatin,


"kamu sungguh keren". 


perlu saya konfirmasi lagi, bus yang saya salip adalah bus yang minggir ke kiri untuk menurunkan penumpang. sedang trucknya adalah truck mogok yang posisinya agak ke tengah sehingga saya bisa menyalipnya dari sebelah kiri.


saya membatin dengan pujian keren tentu bukan karena dari sekilas melihat fisiknya. tapi dari "keberaniannya"  melaju dengan kencang di jalan raya tanpa menggunakan alat pelindung diri yang memadai.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerpen Hamsad Rangkuti: Panggilan Rasul

Cerpen Hamsad Rangkuti: Maukah Kau Menghapus Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu?

Cerpen Umar Kayam: Seribu Kunang-Kunang di Manhattan