kami telah merdeka
ketika satu sembilan empat limasejak enam puluh dua tahun silam
lamanya
pejuang - pejuang tanpa nama telah merebutnya
bapak – bapak bangsa telah mengumandangkannya
bumi pertiwi itu milik kami seutuhnya kebebasan di genggaman
kami bersuka cita
ribuan pulau elok dilingkupi biru lautan membentang
lautan kami luas bak tak terbatas
setiap tetes air asinnya kami orang yang punya
kami terpana
jamrud khatulistiwa bumi gemah ripah loh jinawe kami pijak
hutan rimba perawan kami menghijau menghampar menghias di bumi tropis
seluruh kawasan hutan rimba raya punya kami orang juga
kami berbangga
setiap jengkal tanah subur ibu pertiwi
hamparan kolam susu, tongkat kayu dan batu jadi tanaman
melahirkan kilau permata intan berlian emas hitam kami punya juga
kami silau mata
enam puluh dua tahun lamanya kami terus menanti dan meneliti
lautan kami punya bahkan setiap tetes air asinnya kami juga yang punya
kecuali ikan – ikan dan seluruh isi yang terkandung didalamnya
kami mengelus dada
lautan kami tergerus tak terurus
pasir-pasir kami diekspor untuk merampok batas laut kami sendiri
ikan – ikan kami dicuri kapal – kapal tak dikenal
yang sekali tangkap seperti hasil kami berhari – hari menantang bahari
dimanakah para penjaga negeri
terseok – seok dengan kapal rongsok
suatu ketika kami menanyakannya
”anggaran kami sangat terbatas teknologi kami jauh dari memadai untuk menjaga negeri seluas ini” kilah mereka
ah….. ternyata
tanpa sepengetahuan kami mereka menggasaknya
sebagai biaya produksi mengobral janji – janji yang pasti
pasti di ingkari dari pilu ke pilu dari pemilu ke pemilu
enam puluh dua tahun lamanya kami terus menanti dan meneliti
hutan rimba perawan kami menghijau menghampar menghias di jamrud khatulistiwa
seluruh kawasan hutan rimba raya itu kami yang punya kecuali pohon – pohonnya
kami berurai air mata
ah........... ternyata
dibelakang kami derum gergaji membahana di pedalaman rimba raya
menumbangkan pepohonan menukar banjir longsor panas kegersangan
menebalkan kantong para cukong
dimanakah para penjaga negeri
sesekali tayang di televisi berita tentang penangkapan
orang – orang ramai memperbincangkan setelah itu lenyap tak berberkas
derum gergaji masih tetap membahana pohon – pohon tetap roboh menjerit bersuara
enam puluh dua tahun lamanya kami terus menanti dan meneliti
setiap jengkal tanah subur ibu pertiwi melahirkan kilau permata intan berlian emas hitam tapi mereka bilang b tiga(*
kami tetap menaruh asa
potret memerah negeri hijau
merahmu kapan memasuki senja
lenyap di malam gelap
agar difajar hijaumu menghampar mengakar
Notes:
b tiga = B3 = Bahan Berbahaya dan Beracun
Komentar
Posting Komentar