Ranggalaweku Mabok - tuk sebuah kota asal - duduk melingkar di tepitepi jalan, di tepitepi persimpangan dan di banyak sudut-sudut jalanan dalam dzikir sumpah serapah dengan bonjorbonjor sebagai kubah setelah ongkek berdiri menepi ”satu centhak lagi, Kang” pinta mereka dalam tawar tawa ya, satu centhak lagi akan mengantarmu pergi setelah berjam-jam dilingkaran sumpah serapah memasuki dunia mimpimimpi terbang tinggi dari bumi Ranggalawe tempat berpijak dan beranak-pinak lupakan, sepi penumpang sulitnya setoran lupakan saja, gagal panen musim kemarin dan kencang angin laut tepiskan tangkapan ya lupakan sejenak tunggakan beberapa bulan biaya pendidikan kanak-kanak juga lupakan centang perentang kekuasaan kemarin hari menghancurkan gedung-gedung kekuasaan, simbol-simbol kebusukan menyisakan nyeri di balik jeruji besi mari, mari pergi ke lain dunia penuh euforia dengan kuasa ada ditangan kita kita bangun rumah-rumah megah bermarmer mengkilat bertaman...